A.
JUDUL : OKSIDIMETRI
/ PERMANGANOMETRI
B.
TUJUAN :
·
Menganalisis
Kadar Fe dalam Larutan FerroSulfat
C.
DASAR TEORI
Salah satu jenis reaksi kimia yang diguakan analisis volumetri adalah
reaksi oksidasi reduksi, yang dikenal dengan
istilah oksidimetri. Jenis reaksi ini melibatkan adanya transfer elektron
antara oksidator dan reduktor. Setiap reaksi oksidasi reduksi antara ion-ion
dalam larutan dapat digunakan dalam analisis volumetri jika memenuhi syarat
berikut:
F Dalam keadaan tertentu harus hanya satu
reaksi yang terjadi
F Pada titik ekivalensi reaksi harus berkesudahan
F Harus ada indikator untuk menunjukkan titik
akhir titrasi
Salah satu
jenis titrasi oksidimetri yaitu,
permanganometri. Permanganometri adalah salah satu tipe reaksi oksidasi reduksi
dimana titrasi ini menggunakan KMnO4 sebagai titran.
(Astin
Lukum, Bahan Ajar DDKA 2005)
Permanganometri
merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat
(KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang
terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4
sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan
cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau
garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak
dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri
seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan
sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4
berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat
inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion
logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai
garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam,
ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+
dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
menitrasinya dengan KMnO4.
Sumber-sumber
kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
1. Larutan
pentiter KMnO4 pada buret
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang
lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai
menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah
rosa.
2. Penambahan
KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4
yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung
menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
MnO4-
+ 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+
3. Penambahan
KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4
yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan
terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai
menjadi air.
H2C2O4
+ O2 ↔ H2O2
+ 2CO2↑
H2O ↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah
KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul
kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
Dasar
reaksi oksidimetri ialah reaksi oksidasi-reduksi antara zat penitrasi dan yang
dititrasi. Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi
oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi
oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku
tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus
tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan
sebagainya.
Beberapa
ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat
diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan
dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat
secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil
titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
(2)
ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah
disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku
FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan
sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
(http://mrtamsciensce.blogspot.com)
D.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat Alat
·
Buret
·
Statif dan Klem
·
Gelas Piala
·
Labu Ukur
·
Erlenmeyer
·
Pipet tetes
2.
Bahan Bahan
·
Larutan Kalium Permanganat
·
Larutan Asan Sulfat
·
Air Suling
E.
PEMBAHASAN
Dalam
percobaan ini dilakukan analisis volumetri dengan metode oksidimetri dengan
prinsip Permanganometri. Permanganometri adalah proses titrasi dengan
menggunakan larutan Kalium Permanganat sebagai larutan baku atau titran. Pada
percobaan ini larutan Kalium Permangant digunakan untuk menentukan kadar Fe
dalam larutan Ferro Sulfat.
Kalium
Permanganat dipilih karena merupakan Oksidator kuat, serta tidak perlu
menggunakan indikator, karena Kalium Permanganat bersifat Auto Indikator, yaitu
bisa bertindak sebagai Indikator untuk dirinya sendiri.
Analisis
Permanganometri dapat berlangsung dalam 3 suasana, yaitu
·
Suasana Asam
·
Suasana Basa
·
Suasana Netral
Analisis
Permanganometri sangat dipengaruhi oleh pH, karena dalam suasantertentu terjadi
tingkat oksidasi maupun reduksi yang berbeda beda. Namun yang paling banyak
digunakan adalah dalam suasana asam, karena perubahan warna pada titik akhir
titrasi lebih mudah untuk diamati.
Reaksi yang
berlangsung dalam percobaan ini adalah dalam suasana asam, karena dalam
percobaan ini ditambahkan Asam Sulfat.
Asam sulfat digunakan untuk mereduksi Fe3+
menjadi Fe2+
Dalam proses titrasi ini ada dua proses yang
dilakukan, yaitu :
1.
Reduksi dengan
menggunakan Asam Sulfat
2.
Proses Titrasi
Sampel FeSO4
dilarutkan dalam 100 ml air suling dan ditambahkan 25 ml H2SO4
Kemudian
dititrasi dengan menggunakan KMnO4 0,1 N hingga mencapai titik akhir titrasi.
Titik akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna dilarutan titrat. Perubahan warna yang
terjadi adalah dari bening menjadi merah muda / merah rosa (memudarkan warna
KMnO4 awal).
Setelah
didiamkan beberapa saat, larutan yang tadinya berwarna merah rosa berubah
menjadi kecoklatan. Hal ini terjadi karena larutan ini mudah teroksidasi. Warna
coklat menunjukkan adanya Fe.
Titrasi ini dilakukan sebanyak 2 kali
(duplo), dan hasilnya adalah :
·
Titrasi 1
Volume titran yang terpakai adalah 3,9 ml
·
Titrasi 2
Volume titran yang terpakai adalah 4,1 ml
Setelah
melalui perhitungan, kami menemukan bahwa kadar Fe dalam larutan Ferro Sulfat
yang dititrasi dengan larutan Kalium Permanganat adalah 3,73%.
Berikut reaksi yang berlangsung saat titrasi
:
F.
KESIMPULAN
1.
Permanganometri
adalah analisis volumetri dengan prinsip reaksi reduksi oksidasi dengan
menggunakan KMnO4 sebagai larutan baku.
2.
Permanganometri
dapat digunakan dalam penentuan kadar Fe.
3.
Kadar Fe yang
kami dapatkan dalam larutan Ferro Sulfat adalah 3,73 %
G.
KEMUNGKINAN KESALAHAN
1.
Kesalahan
dalam mengukur Volume larutan yang akan digunakan,
2.
Terlalu lambat
dalam menghentikan titrasi pada saat titik akhir titrasi
DAFTAR PUSTAKA
Lukum, Astin P. 2005. Bahan
Ajar DDKA. Gorontalo ; Universitas Negeri Gorontalo
Vogel. 1985. Buku Teks
Analisis Anorganik Mikro dan Semimikro. Jakarta ; Kalman Media Pustaka
http://mrtamscience.blogspot.com/2009/12/titrasi-oksidimetri.html (diakses tgl 15 desember
2011)
http://id.wikipedia.org/wiki/Permanganometri (diakses tgl 15 desember
2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar