Minggu, 25 Desember 2011

TITRASI PERMANGANOMETRI



A.  JUDUL                  :         OKSIDIMETRI / PERMANGANOMETRI

B.   TUJUAN               :
·         Menganalisis Kadar Fe dalam Larutan FerroSulfat

C. DASAR TEORI
Salah satu jenis reaksi kimia yang diguakan analisis volumetri adalah reaksi oksidasi reduksi, yang dikenal dengan istilah oksidimetri. Jenis reaksi ini melibatkan adanya transfer elektron antara oksidator dan reduktor. Setiap reaksi oksidasi reduksi antara ion-ion dalam larutan dapat digunakan dalam analisis volumetri jika memenuhi syarat berikut:
F Dalam keadaan tertentu harus hanya satu reaksi yang terjadi
F Pada titik ekivalensi reaksi harus  berkesudahan
F Harus ada indikator untuk menunjukkan titik akhir titrasi
Salah satu jenis  titrasi oksidimetri yaitu, permanganometri. Permanganometri adalah salah satu tipe reaksi oksidasi reduksi dimana titrasi ini menggunakan KMnO4 sebagai titran.
                                                (Astin Lukum, Bahan Ajar DDKA 2005)



Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
1. Larutan pentiter KMnO4 pada buret
 Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.




2. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
3. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2
            H2O    H2O  +  O2                     
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
                                            (http://id.wikipedia.org/wiki/Permanganometri)

Dasar reaksi oksidimetri ialah reaksi oksidasi-reduksi antara zat penitrasi dan yang dititrasi. Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya.
Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
(2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
                                                         (http://mrtamsciensce.blogspot.com)


D. ALAT DAN BAHAN
1.   Alat Alat
·         Buret









·         Statif dan Klem




·         Gelas Piala




·         Labu Ukur



·         Erlenmeyer



·         Pipet tetes





2.   Bahan Bahan
·         Larutan Kalium Permanganat
·         Larutan Asan Sulfat
·         Air Suling

E.  PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini dilakukan analisis volumetri dengan metode oksidimetri dengan prinsip Permanganometri. Permanganometri adalah proses titrasi dengan menggunakan larutan Kalium Permanganat sebagai larutan baku atau titran. Pada percobaan ini larutan Kalium Permangant digunakan untuk menentukan kadar Fe dalam larutan Ferro Sulfat.
Kalium Permanganat dipilih karena merupakan Oksidator kuat, serta tidak perlu menggunakan indikator, karena Kalium Permanganat bersifat Auto Indikator, yaitu bisa bertindak sebagai Indikator untuk dirinya sendiri.
Analisis Permanganometri dapat berlangsung dalam 3 suasana, yaitu
·         Suasana Asam
·         Suasana Basa
·         Suasana Netral
Analisis Permanganometri sangat dipengaruhi oleh pH, karena dalam suasantertentu terjadi tingkat oksidasi maupun reduksi yang berbeda beda. Namun yang paling banyak digunakan adalah dalam suasana asam, karena perubahan warna pada titik akhir titrasi lebih mudah untuk diamati.
Reaksi yang berlangsung dalam percobaan ini adalah dalam suasana asam, karena dalam percobaan ini ditambahkan Asam Sulfat.
Asam sulfat digunakan untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+
Dalam proses titrasi ini ada dua proses yang dilakukan, yaitu :
1.    Reduksi dengan menggunakan Asam Sulfat
2.    Proses Titrasi
Sampel FeSO4 dilarutkan dalam 100 ml air suling dan ditambahkan 25 ml H2SO4
Kemudian dititrasi dengan menggunakan KMnO4 0,1 N hingga mencapai titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dilarutan titrat. Perubahan warna yang terjadi adalah dari bening menjadi merah muda / merah rosa (memudarkan warna KMnO4 awal).
Setelah didiamkan beberapa saat, larutan yang tadinya berwarna merah rosa berubah menjadi kecoklatan. Hal ini terjadi karena larutan ini mudah teroksidasi. Warna coklat menunjukkan adanya Fe.
Titrasi ini dilakukan sebanyak 2 kali (duplo), dan hasilnya adalah :
·         Titrasi 1
Volume titran yang terpakai adalah 3,9 ml
·         Titrasi 2
Volume titran yang terpakai adalah 4,1 ml
Setelah melalui perhitungan, kami menemukan bahwa kadar Fe dalam larutan Ferro Sulfat yang dititrasi dengan larutan Kalium Permanganat adalah 3,73%.
Berikut reaksi yang berlangsung saat titrasi :

F.  KESIMPULAN

1.    Permanganometri adalah analisis volumetri dengan prinsip reaksi reduksi oksidasi dengan menggunakan KMnO4 sebagai larutan baku.
2.    Permanganometri dapat digunakan dalam penentuan kadar Fe.
3.    Kadar Fe yang kami dapatkan dalam larutan Ferro Sulfat adalah 3,73 %


G. KEMUNGKINAN KESALAHAN

1.    Kesalahan dalam mengukur Volume larutan yang akan digunakan,
2.    Terlalu lambat dalam menghentikan titrasi pada saat titik akhir titrasi



DAFTAR PUSTAKA

Lukum, Astin P. 2005. Bahan Ajar DDKA. Gorontalo ; Universitas Negeri Gorontalo
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Mikro dan Semimikro. Jakarta ; Kalman Media Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Permanganometri (diakses tgl 15 desember 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar