Minggu, 25 Desember 2011

ASIDIMETRI



A. JUDUL                :       ASIDIMETRI

B.   TUJUAN               :
Menentukan kadar atau konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan asam yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya.

C. DASAR TEORI
Dengan dasar reaksi Asam + Basa, contohnya :
          HCl   +        NaOH                   NaCl + H2O
Reaksi Ionnya adalah sebagai berikut :
Dari contoh diatas ternyata :
Basa dapat dititrasi dengan larutan baku asam, proses ini disebut dengan asidimetri, sebaliknya asam yang dititrasi dengan larutan basa disebut dengan alkalimetri.
1.    Dalam Asidi-Alkalimetri, 1 ekivalen asam dan basa ialah sebanyak senyawa ini yang dapat melepaskan 1 mol ion H+ atau H3O-.
Proses untuk menentukan banyaknya ekivalen asam yang dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan basa atau sebaliknya disebut titrasi, seharusnya :

Jumlah ekivalen asam               =        jumlah ekivalen basa

Saat persamaan ini tercapai disebut dengan titik ekivalen.
Bila kita mengerjakan atau melakukan titrasi, tanda tanda yang memberi kita petunjuk adalah perubahan warna indikator.
2.    Suatu indikator berubah warnanya pada daerah pH tertentu, misalnya :
·         Metil Jingga              : merah pH 3,1 – pH 4,4 Kuning
·         Brom timol Biru : kuning pH 6,0 – pH 7,6 Biru
·         Phenoftalein             : bening pH 6,0 – pH 9,6 merah
3.    Untuk menetukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa diperlukan suatu larutan baku.
**(Modul Praktikum DDKA, Hal 23-24)

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam, sedangkan alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa.
Oleh karena itu keduanya disebut dengan titrasi asam – basa.
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan kedalam larutan lain yang diketahui konsentrasinya sampai terjadi reaksi sempurna, atau dengan perkataan lain mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen.
Titik ekivalen adalah saat menunjukan bahwa ekivalen pereaksi pereaksi sama. Dalam prakteknya titik ekivalen sulit diteliti, karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikiometri.
                                              **(Definisi Asidi-Alkalimetri, Yahoo Answer)

Titrasi adalah penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis.
Proses analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan yang konsentrasi larutan nya yang diketahui disebut dengan analisis volumetri.

Dalam analisis asam-basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan.
Pada proses titrasi ini, digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yag ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan denagn perubahan warna. Perubahan warna menyatakan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai.
Dalam beberapa titrasi , titik ekivalen adalah titik ddimana proses titrasi tepatnya titrat telah cukup ditambahkan untuk bereaksi dengan titrat.
Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut tirant dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya titrasi asam-basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri.
         **(Asidi Alkalimetri, tins_08.wordpress.com)

Air murni tidak memiliki rasa, bau , dan warna. Bila mengandung zat tertentu, air dapat terasa asam, pahit, asin dan sebagainya. Air yang mengandung zat lain dapat pula menjadi berwarna. Kita ketahui bersama bahwa cairan yang terasa asam disebut larutan asam, yang terasa asin disebut garam, sedangkan yang licin dan pahit disebut larutan basa. Perlu diketahui, jangan mencicipi rasa suatu larutan jika ingin mengetahui rasanya karena sangat berbahaya. Cara yang baik adalah dengan mencelupkan kertas lakmus.
Pada tahun 1884, SA Arhennius menyatakan bahwa sifat asam dan basa sutu zat ditentukan oleh jenis ionnya yang dihasilkan dalam air. Menurut Arrhenius :
·         Asam adalah senyawa yang melepaskan ion dalam air dan basa adalah senyawa yang melepaskan ion .
Teori Arrhenius hanya berlaku dalam air, oleh karena itu para ahli mencari teori lain yang lebih umum tentang asam basa. Pada tahun 1923, JN Bronsted an TM Lowry secara terpisah melihat reaksi yang dialami asam basa. Menurut Bronsted-Lowry :
Asam adalah senyawa atau partikel yang dapat memberikan proton kepada senyawa atau partikel lain, sedangkan basa adalah senyawa atau partikel yang dapat menerima proton dar asam.
Walaupun teori bronsted-Lowry lebih umum dari etori Arrhennius, ada reaksi mirip asam basa tetapi tidak dapat dijelaskan dengan teori ini. Berdasarkan pembentukan ikatan koordinasinya, Gilbert N. Lewis meyatakan teori yang disebut dengan teori Asam Basa Lewis :
Asam adalah partikel yang dapat menrima pasangan electron dari partikel lain untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi. Basa adalah suatu partikel yang dapat memberikan pasangna electron kepada partikel lain yang membentuk ikatan kovalen koordinasi.
Telah diketahui bahwa air adalah elektrolit yang sangat lemah dengan Pkw = 14. Itulah sebabnya asam dan basa selalu bereaksi menjadi garam dalam air, sebagai contoh adalah HCl dan NaOH,


Pada hakekatnya reaksi ini adalah reaksi pembentukan air, yang disebut dengan netralisasi :


Karena Na dan Cl tidak mengalami perubahan dan tetap dalam larutan  sebagai ion. Reaksi Netralisasi dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Caranya dengan menambahkan setetes demi setetes larutan basa kepada larutan asam. Setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam, dan penetesan dihentikan pada saat jumlah mol H setara dengan jumlah mol OH. Pada saat larutan bersifat netraldisebut titik ekivalen. Cara ini disebut dengan titrasi, yaitu analisis dengan mengukur jumlah larutan yang diperlukan untuk bereaksi tepat sama dengan larutan lain.
 Analisis ini juga disebut dengan analisis volumetric, karena yang diukur adalah volume tertentu dari larutan asam.
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan kedalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah. Larutan asam yang akan dititrasi dimasukkan kedalam Erlenmeyer, dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen dpakai indicator yang perubahan warnanya disekitar titik ekivalen.
Indicator untuk titrasi asam basa ditentukan melaui kurva titrasi yang menunjukan hubngan pH dan volume titran. Kurva ini dibuat secara teoritis dengan menghitung pH larutan asam pada :
·         Titik awal sebelum penambahan basa
·         Titik setelah ditambah basa sehingga larutan mengandung garam yang terbentuk dan kelebihan asam
·         Titik ekivalen, yaitu saat larutan hanya mengandung garam, tanpa ada kelebihan asam atau basa
·         Daerah lewat titik ekivalen, yaitu larutan mengandung garam dan kelebihan  basa
Titrasi asam basa terdiri atas :
·         Titrasi asam kuat dan basa kuat
·         Titrasi asam lemah dan basa kuat
·         Titrasi asam kuat dan basa lemah
·         Titrasi asam lemah dan basa lemah
**(Syukri S, KIMIA DASAR 2)

D. ALAT DAN BAHAN
1.   Alat Alat
·         Buret
·         Statif dan Klem
·         Labu erlenmeyer
·         Corong
·         Gelas ukur
·         Pipet tetes
·         Labu Ukur

2.   Bahan Bahan
·         Indikator PP (Phenooftalein)     C2H14O4
·         Larutan HCl 0,1N
·         Larutan NaOH

E.  PEMBAHASAN

Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam.
Konsentrasi suatu larutan dapat ditentukan dengan mereaksikan larutan tersebut dengan suatu larutan yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya.
Tujuan dari percobaan ini adalah melekukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi larutan basa, ataupun sebaliknya..
Indicator yang digunakan pada percobaan ini adalah indicator phenoftalein. Tujuan dari penambahan indicator ini adalah agar kita dapat mengetahui kapan kita harus menghentikan titrasi. Titrasi harus kita hentikan pada saat terjadi perubahan warna pada larutan asam, hal ini dinamakan titik ekivalen, yaitu pada saat dimana sejumlah asam tepat dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi  berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada saat titik ekivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari reaksi netralisasi asam basa.
Pada percobaan ini ditentukan konsentrasi larutan dengan menggunakan titrasi asam basa, dengan metode analisis volumetric karena yang dijadikan patokan adalah volume awal dan volume akhir titran.
Dan langkah langkah yang kami lakukan untuk melakukan titrasi adalah sebagai berikut :
·         Menyiapkan larutan indikator PP (Phenoftalein), dan larutan baku yang akan digunakan (HCl) 0,1 N.
·         Menuangkan larutan HCl kedalam buret hingga tepat 50 ml.
·         Menuangkan larutan NaOH kedalam labu erlenmeyer sebanyak 25 ml
·         Menambahkan 3 tetes indikator PP.
Penambahan Phenoftalein ini bertujuan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, berupa perubahan warna larutan. Pada saat indikator PP ditambahkan larutan NaOH dalam labu erlenmeyer berubah menjadi merah jambu, hal ini terjadi karena indikator PP hanya dapat bekerja pada pH 8,0 – 9,6. Jadi larutan NaOH yang bersifat basa akan langsung berubah warna ketika ditambahkan indikator PP.
·         Mulai mentitrasi hingga warna pada larutan NaOH hilang, hal ini menunjukkan titik ekivalen telah tercapai.
(ini merupakan kebalikan dar Alkalimetri)
·         Dalam percobaan pertama, volume titran (HCl) yang terpakai adalah sebanyak 22,2 ml,
·         Dalam percobaan kedua, volume titran (HCl) yang terpakai adalah sebanyak 21,9 ml.
Dari percobaan dan hasil pengamatan yang telah kami peroleh, maka dapat ditentukan bahwa konsentrasi larutan NaOH adalah 0,089 N.
Berikut persamaan stoikiometri reaksi pada titrasi Asam basa (penetralan) :

                   HCl  +      NaOH               NaCl +      H2O

F.  KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.    Kadar atau konsentrasi suatu larutan dapat ditentukan dengan mereaksikan larutan tersebut dengan larutan lain yang diketahui dengan tepat konsentrasinya.
2.    Kadar larutan NaOH yang dititrasi dengan HCl 0,1 N dalam percobaan ini adalah 0,089 N


G. KEMUNGKINAN KESALAHAN

1.    Keterlambatan dalam melihat perubahan warna pada larutan (titrat)
2.    Kesalahan dalam mengukur jumlah larutan yang akan dipekai maupun yang telah terpakai


DAFTAR PUSTAKA


Syukri, S. 1999. KIMIA DASAR 2. Bandung ; Institut Teknologi Bandung

Team teaching DDKA. 2011. Modul Praktikum Dasar Dasar Kimia Analitik. Gorontalo ; UNG

(diakses tgl 11 Des 2011, 13.21 Wita)

(diakses tgl 11 Des 2011, 13.25 Wita)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar