Jumat, 23 Desember 2011

PERMASALAHAN DANAU LIMBOTO


1.      LATAR BELAKANG

Danau Limboto telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari detak kehidupan penduduk di sekelilingnya. Terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bone Bolango. ''Danau yang cukup besar di Sulawesi ini terhampar di ketinggian 4,50 meter di atas permukaan laut (dpl). Dengan luas ± 3000 hektar, Danau ini dikelilingi oleh lima kecamatan. Yaitu, Kecamatan Limboto, Telaga Biru, Batuda’a, dan Kota Barat yang merupakan wilayah Gorontalo Kota. Selain Sungai Bone Bolango,

Danau Limboto ini merupakan muara dari empat sungai besar yang berhulu di Kabupaten Gorontalo. Keempat sungai tersebut adalah Sungai Alo, Sungai Daenaa, Sungai Bionga, dan Sungai Molalahu. Sementara itu, Danau ini juga merupakan hulu dari Sungai Tapodo yang muaranya menyatu dengan Sungai Bone Bolango dan mengalir terus ke laut.

Jika ditinjau dari letak kawasan Danau yang dikelilingi perbukitan, tak tertutup kemungkinan bahwa Danau ini merupakan sebuah kaldera dari sebuah gunung berapi yang meletus ribuan tahun lalu. Kemungkinan ini sangat besar mengingat Pulau Sulawesi merupakan sebuah pulau di Kepulauan Sunda Besar yang sarat dengan gunung-gunung berapi.

Sejak lama, Danau Limboto ini telah menjadi sumberdaya perikanan air tawar bagi penduduk di sekitarnya. Memang Danau ini memiliki multi fungsi baik bagi penduduk sekitarnya maupun kawasan Kabupaten Gorontalo umumnya. Ia juga merupakan sumber air tawar sekaligus penyangga kehidupan dan tata air bagi masyarakat di bantaran sungai-sungainya. Dengan demikian Danau ini merupakan pengendali banjir bagi sebagian besar kawasan Kabupaten.
''Melihat kesemua peran dan fungsinya yang sangat penting itu, dapat dikatakan bahwa Danau Limboto memegang peran esensial bagi keseimbangan.

            Memang keadaan Danau Limboto saat ini sangat jauh berbeda. Lumpur tebal yang mulai mengeras dipenuhi ribuan enceng gondok yang berbunga ungu. ''Di beberapa tempat yang masih digenangi air, rumpun-rumpun teratai menyembul dengan daun-daun yang sangat subur. Bunga-bunga teratai berwarna merah muda tampak lebih besar untuk ukuran spesies teratai liar seperti ini. Demikian hebat pendangkalan yang terjadi sehingga hanya menyisakan area perairan nun jauh di tengah sana.

            Meski kondisinya sudah sedemikian memprihatinkan, Danau Limboto masih tetap memberi manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Belasan gubuk terapung yang dikelilingi oleh bagan-bagan jaring apung tampak di kawasan tengah Danau. Tonggak-tonggak bambu yang mencuat dari permukaan Danau memberi panorama tersendiri. Ikan mas, Gurame, dan Nila Putih adalah jenis ikan yang umumnya dibudidayakan di jarring tersebut.

Mengelilingi kawasan perkampungan nelayan di seputar Danau, memberikan gambaran yang lebih nyata. Kemarau panjang membuat perbukitan yang mengelilingi Danau tampak meranggas. Kegiatan pendudukpun memperlihatkan fenomena yang justru kontra produktif dengan upaya pelestarian Danau itu sendiri. Di beberapa tempat, di kawasan Batuda’a, penduduk melakukan penambangan batu kapur. Lubang-lubang menganga mirip pintu gua menjadi pemandangan sudah biasa.

Penggalian tanah dengan mengikis bukit menyisakan lahan terbuka yang sangat ringkih di beberapa bahu jalan. Kengerian sesaat membersit membayangkan bahaya longsor yang sangat mungkin terjadi ketika hujan mengguyur. ''Memang tak banyak nelayan yang turun ke Danau. Hanya beberapa sampan meluncur di permukaan air yang samasekali tak berombak. Burung-burung air sesekali melyang di angkasa, menukik ke permukaan Danau tanpa hasil. Mungkin inilah kenyataannya.

Peran dan multi fungsi Danau Limboto tak pernah surut baik bagi penduduk di sekitarnya maupun kawasan Gorontalo. Namun kondisinya dari tahun ke tahun semakin memperihatinkan. Hal ini memaksa kita melakukan sesuatu, meski hanya dalam pemikiran. Apapun upaya yang bertujuan untuk mengkonservasi dan mengembalikan kondisi Danau yang menjadi aset Kabupaten Gorontalo ini patut diperjuangkan. Pemikiran inipun tak pelak memaksa kita memutar rasio dan mempertanyakan apakah yang menyebabkan pendangkalan Danau ini

2.      PERMASALAHAN
Berbagai permasalahan yang akan dibahas pada artikel ini antara lain sebagai berikut :
A.    Pendangkalan dan penyusutan danau Limboto
B.     Penurunan kualitas air danau
C.     Perkembangan eceng gondok
D.    Penurunan kualitas air danau
E.     banjir


3.      PENGERTIAN
Danau Limboto merupakan sebuah danau yang terletak di Kecamatan Limboto, Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Indonesia. Danau ini memiliki kedalaman antara 5 hingga 8 meter ini, para pengujung atau wisatawan dapat menikmati berbagai kegiatan, antara lain, memancing, lomba berperahu, atau berenang. Selain itu, mereka juga dapat menikmati ikan bakar segar yang disediakan oleh mayarakat nelayan setempat dengan harga yang relatif murah.
Danau Limboto dari tahun ke tahun luas dan tingkat kedalamannya terus berkurang. Luas Danau Limboto pada tahun 1999 berkisar antara 1.900-3.000 ha, dengan kedalaman 2-4 meter (Cabang Dinas Perikanan Kabupaten Gorontalo, 2000). Pada tahun 1932, luas perairan ini mencapai 7.000 ha.


4.      PEMBAHASAN

A.    PENDANGKALAN DAN PENYUSUTAN LUAS DANAU LIMBOTO
Laju pendangkalan danau akibat erosi dari sungai-sungai yang bermuara di danau ini sangat besar. Pada tahun 1932, rata-rata kedalaman Danau Limboto 30 meter dengan luas 7.000 Ha. Pada tahun 1955 kedalaman danau menurun menjadi 16 meter. Dan dalam tempo 30 tahun, (tahun 1961) rata-rata kedalaman Danau Limboto telah berkurang menjadi 10 meter dan luasanya menyusut menjadi 4.250 Ha. Pada tahun 1990 – 2008 kedalaman Danau Limboto tinggal rata-rata 2,5 meter dan luasnya yang tersisia tinggal 3.000 Ha.
Dalam kurun waktu 52 tahun Danau Limboto berkurang 4304 ha (62.60 %). Jika kita hitung per tahunnya, tingkat penyusutan danau mencapai 65.89 hektar. Diperkirakan pada tahun 2025 Danau Limboto lenyap dari muka bumi Gorontalo. Pendangkalan ini selain dipicu oleh erosi sungai dan lahan, juga disebabkan oleh para nelayan yang selama bertahun-tahun membangun perangkap ikan yang menggunakan gundukan tanah dari darat serta batang-batang pohon. Pendangkalan danau menyebabkan munculnya tanah-tanah timbul di kawasan perairan danau. Tanah-tanah timbul ini selanjutnya diokupasi dan dikapling oleh masyarakat yang seakan-akan hak miliknya dan dimanfaatkan untuk berbagai peruntukan seperti sawah (637 hektar), ladang (329 hektar), perkampungan (1272 hektar), dan peruntukan lainnya (42 hektar). Hal ini menimbulkan kerawanan sosial karena konflik antar masyarakat kemungkinan besar dapat terjadi dalam memperebutkan kawasan danau.
Penyusutan luas dan pendangkalan terutama disebabkan kurangnya air yang tertahan dan sedimentasi akibat penggundulan hutan di bagian hulu. Tekanan pertumbuhan penduduk di sekitar danau telah mempercepat penyusutan luas dan pendangkalan, seperti illegal logging, penimbunan sampah, dan illegal fishing. Perkembangan terakhir menunjukkan sebagian wilayah permukaan danau sudah ditempati oleh masyarakat.

B.     PENURUNAN KUALITAS AIR DANAU
Berbagai aktivitas masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan danau juga mengancam dan memperburuk kelestarian fungsi danau. Saat ini kualitas air Danau Limboto mengalami penurunan akibat limbah domestik, aktivitas budidaya yang dilakukan di dalam danau, dan sedimentasi danau akibat erosi di daerah hulu sungai. Monitoring kualitas air danau menunjukkan beban pencemaran organik yang tinggi dari sumber aliran yang melalui kawasan perkotaan tersebut, seperti terlihat pada kandungan oksigen terlarut di Sungai Alo 0,77 mg/l, Sungai Biyonga 0,94 mg/l, dan kandungan total nitrogennya adalah 2,69 mg/l, sementara total fosfornya 1,44 mg/l. Akibat eutrofikasi berbagai tanaman pengganggu tumbuh subur yang banyak menyerap air dan dapat mempercepat pendangkalan danau.
Masukan bahan organik dan hara ini menyebabkan kondisi perairan danau menjadi subur, seperti terlihat dari hasil perhitungan Indeks Status Kesuburan yang menunjukkan perairan Danau Limboto termasuk kedalam kategori perairan eutrofik ke hypereutrofik. Hal ini sejalan dengan fakta di lapangan dimana tampak tumbuhan air dan fitoplankton sangat melimpah di Danau Limboto (LIPI, 2007).

C.    PERKEMBANGAN ECENG GONDOK
Eceng gondok di Danau Limboto tumbuh meluas. Luas sebaran eceng gondok mencapai sekitar 30 % dari luasan danau.
Menurut informasi penduduk, penyebaran eceng dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat dipengaruhi oleh musim. Hal ini berkaitan dengan hembusan angin yang berbeda pada tiap musim. Eceng gondok akan bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan Selatan. Pergeseran tersebut sejalan dengan perubahan musim khususnya arah mata angin dimana eceng gondok akan terdeposisi di bagian selatan danau.

D.    PENURUNAN KUALITAS AIR DANAU
Masyarakat nelayan di kawasan perairan Danau Limboto saat ini melaporkan telah terjadi penurunan produktivitas perikanan di perairan Danau Limboto. Hasil survei memperlihatkan kecenderungan berkurangnya populasi dan jenis-jenis ikan di danau, namun belum ada data penurunan tersebut. Namun demikian, berbagai fenomena kerusakan lingkungan perairan danau, meliputi pendangkalan dan penyusutan luas genangan air, punahnya vegetasi tumbuhan tenggelam, laju pencemaran bahan organik, dapat menjadi indikator penurunan produktivitas perikanan tersebut.
Hal lain yang dapat menjelaskan terjadinya penurunan tingkat produktivitas perikanan danau yaitu eksploitasi sumber daya perikanan secara berlebihan. Hal ini terlihat dari pertambahan jumlah nelayan di danau. Penurunan produktivitas perikanan di Danau Limboto kemungkinan juga disebabkan cara penangkapan yang kurang ramah lingkungan yaitu penggunaan racun (potas), setrum, bom ikan dan alat penangkap skala besar.

Pokok permasalahan yang perlu diperhatikan di perairan Danau Limboto adalah semakin menurunnya populasi ikan seperti ikan huluu, payangga, gabus, udang dan sebagainya dan bahkan ada yang punah seperti mangaheto (ikan sejenis bobara warna merah), Botua (ikan jenis mujair berwarna putih tanpa sisik), Bulaloa (ikan jenis bandeng tulang sedikit berwarna putih bersisik), dan Boidelo (mirip ikan tuna bersisik dan berwarna abu-abu). Dulu bermacam-macam ikan air tawar dapat dijumpai didanau ini. Kini yang tersisa hanya mujair, nila, gabus atau sepat.

E.     BANJIR
Pendangkalan danau dan kerusakan hutan menyebabkan terjadinya banjir. Setiap tahun terjadi pendangkalan danau setinggi 46.66 cm dan penyempitan danau sebesar 66.66 hektar dan terjadi penurunan muka air normal danau sebesar kurang lebih 1,75 cm. Penurunan daya tampung danau, menyebabkan terjadi banjir. Banjir terjadi setiap tahun di wilayah hilir selama tiga tahun terakhir.

5.      KESIMPULAN
Masalah yang ada di danau Limboto antara lain :
A.    Pendangkalan dan penyusutan danau Limboto
B.     Penurunan kualitas air danau
C.     Perkembangan eceng gondok
D.    Penurunan kualitas air danau
E.     banjir




DAFTAR PUSTAKA


Al Mudra, Mahyudin. 2010. Danau Limboto. www.wisatamelayu.com/id/object/816/danau_limboto (16 juni 2011)

Anonim. 2010. Konservasi Danau Limboto berbasisi warga DAS, manajemen kolaboratifdan aksi social local.

Anonim. 2010.  Danau Limboto. id.wikipedia.org (16 juni 2011)

Anonim. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Danau Limboto) . www.dnabi071amdal.blogspot.com (16 juni 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar