BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mungkin
anda pernah membayangkan berada di dalam mobil yang tertutup rapat pada siang
hari. Sinar matahari dengan leluasa dapat memasuki ruangan mobil melalui kaca
mobil, sehingga menyebabkan udara di dalam mobil menjadi lebih panas.
Udara di dalam mobil menghangat, karena panas sinar matahari yang masuk tidak
dapat leluasa keluar. Sehingga panas tersebut terperangkap di dalam mobil.
Demikian
halnya dengan pemanasan global. Matahari memancarkan radiasinya ke bumi menembus
lapisan atmosfer bumi. Radiasi tersebut akan dipantulkan kembali ke
angkasa, namun sebagian gelombang tersebut diserap oleh gas rumah kaca, yaitu
CO2, CH4, N2O, HFCs dan SF4 yang berada di atmosfer. Sebagai akibatnya
gelombang tersebut terperangkap di dalam atmosfer bumi. Peristiwa ini terjadi
berulang-ulang, sehingga menyebabkan suhu rata-rata di permukaan bumi
meningkat. Peristiwa inilah yang sering disebut dengan pemanasan global.
Berbagai
macam solusi telah ditawarkan untuk mengurangi dampak pemanasan global seperti
menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida yang ada di udara, mengurangi
penggunaan barang-barang yang tidak dapat didaur ulang, mengurangi emisi CFC,
dan sebagainya.
Oleh
karena itu, pertemuan-pertemuan internasional seharusnya membahas mengenai
standar hidup maksimal. Standar hidup maksimal meliputi gaya hidup, pemakaian
rumah, penggunaan air, atau yang sejenisnya. Gaya hidup berlebihan seperti
memiliki pakaian, sepatu, dan perhiasan yang jumlahnya sangat banyak padahal penggunaannya
sangat jarang, perlu dibatasi.
Penggunaan
pesawat jet pribadi yang hanya mengangkut 1 atau 2 orang artis, atau mobil yang
hanya berpenumpang 1 atau 2 orang dapat menyebabkan pemborosan sumber energi.
Pembangunan rumah yang memiliki kamar sangat banyak padahal hanya digunakan
oleh beberapa orang juga perlu dibatasi. Penggunaan air dalam rumah tangga
perlu diatur sesuai dengan kebutuhan dasar dan jumlah orang yang ada di rumah
tersebut.
Rasulullah
telah mengingatkan kita bahwa apa yang ada di dunia ini akan sirna dan apa yang
kita berikan adalah kepunyaan kita sesungguhnya di akhirat. Karena itu,
pemilikan atau penggunaan barang yang berlebihan sangat tidak dianjurkan dalam
Islam. Islam menuntun agar setiap manusia lebih banyak memberi daripada memiliki.
Solusi
permasalahan pemanasan global tidak hanya terkait dengan mengubah energi fosil
menjadi energi biofuel atau energi alternatif lainnya. Menurut Alquran, semua
tindakan berlebihan pada akhirnya akan merugikan manusia. Penggunaan sumber
energi massal akan menyebabkan output dalam jumlah massal. Bahan apapun apabila
dibuang dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang cepat, pasti akan mempengaruhi
keseimbangan lingkungan
Oleh
karena itu mengubah sumber energi dari energi fosil menjadi energi biofuel
tidak menjamin lingkungan akan aman, sebab pembakaran biofuel pasti akan
menghasilkan polutan dalam jumlah massal dan dalam waktu yang cepat. Penggunaan
energi hendaknya bersumber dari energi yang paling mudah didapatkan, paling
murah biayanya, dan paling mudah mengoperasikannya di suatu daerah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1)
Apa penyebab pemanasan global ?
2)
Apa dampak pemanasan global dalam berbagai sector ?
3)
Bagaimana cara menanggulangi pemanasan global ?
1.3 TUJUAN
1) Mengetahui
factor factor yang menyebabkan pemanasan global,
2) Mengetahui
dampak pemanasan global,
3) Mempelajari
berbagai cara untuk menanggulangi pemanasan global.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL
Pemanasan global merupakan
fenomena global yang disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh dunia,
pertambahan populasi penduduk, serta pertumbuhan teknologi dan industri. Oleh
karena itu peristiwa ini berdampak global. Beberapa aktivitas manusia yang
menyebabkan terjadinya pemanasan global terdiri dari:
1. Konsumsi energi
bahan bakar fosil.
Sektor industri
merupakan penyumbang emisi karbon terbesar, sedangkan sektor transportasi
menempati posisi kedua. Menurut Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral
(2003), konsumsi energi bahan bakar fosil memakan sebanyak 70% dari total
konsumsi energi, sedangkan listrik menempati posisi kedua dengan memakan 10%
dari total konsumsi energi. Dari sektor ini, Indonesia mengemisikan gas rumah
kaca sebesar 24,84% dari total emisi gas rumah kaca.
Indonesia termasuk
negara pengkonsumsi energi terbesar di Asia setelah Cina, Jepang, India dan
Korea Selatan. Konsumsi energi yang besar ini diperoleh karena banyaknya
penduduk yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya, walaupun
dalam perhitungan penggunaan energi per orang di negara berkembang, tidak
sebesar penggunaan energi per orang di negara maju.
Menurut Prof. Emil
Salim, USA mengemisikan 20 ton CO2/orang per tahun dengan jumlah penduduk 1,1
milyar penduduk, Cina mengemisikan 3 ton CO2/orang per tahun dengan
jumlah 1,3 milyar penduduk, sementara India mengemisikan 1,2 ton CO2/orang
dengan jumlah 1 milyar penduduk.
Dengan demikian,
banyaknya gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfer dari sektor ini berkaitan
dengan gaya hidup dan jumlah penduduk. USA merupakan negara dengan penduduk
yang mempunyai gaya hidup sangat boros, dalam mengkonsumsi energi yang berasal
dari bahan bakar fosil, berbeda dengan negara berkembang yang mengemisikan
sejumlah gas rumah kaca, karena akumulasi banyaknya penduduk.
2. Sampah.
Sampah menghasilkan
gas metana (CH4). Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas
metana. Sampah merupakan masalah besar yang dihadapi kota-kota di Indonesia.
Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1995 rata-rata orang di
perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kg/hari dan pada tahun
2000 terus meningkat menjadi 1 kg/hari. Dilain pihak jumlah penduduk terus
meningkat sehingga, diperkirakan, pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan
mencapai 500 juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun. Dengan jumlah ini maka sampah
akan mengemisikan gas metana sebesar 9500 ton/tahun. Dengan demikian, sampah di
perkotaan merupakan sektor yang sangat potensial, mempercepat proses terjadinya
pemanasan global.
3. Kerusakan hutan.
Salah satu fungsi
tumbuhan yaitu menyerap karbondioksida (CO2), yang merupakan salah satu dari
gas rumah kaca, dan mengubahnya menjadi oksigen (O2). Saat ini di
Indonesia diketahui telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah. Laju
kerusakan hutan di Indonesia, menurut data dari Forest Watch Indonesia (2001),
sekitar 2,2 juta/tahun. Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh kebakaran
hutan, perubahan tata guna lahan, antara lain perubahan hutan menjadi
perkebunan dengan tanaman tunggal secara besar-besaran, misalnya perkebunan
kelapa sawit, serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh pemegang Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan kerusakan
seperti tersebut diatas, tentu saja proses penyerapan karbondioksida tidak
dapat optimal. Hal ini akan mempercepat terjadinya pemanasan global.
Menurut data dari
Yayasan Pelangi, pada tahun 1990, emisi gas CO2 yang dilepaskan oleh sektor
kehutanan, termasuk perubahan tata guna lahan, mencapai 64 % dari total
emisi CO2 Indonesia yang mencapai 748,61 kiloTon. Pada tahun 1994 terjadi
peningkatan emisi karbon menjadi 74%.
4. Pertanian dan
peternakan.
Sektor ini memberikan
kontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca melalui sawah-sawah yang
tergenang yang menghasilkan gas metana, pemanfaatan pupuk serta praktek
pertanian, pembakaran sisa-sisa tanaman, dan pembusukan sisa-sisa pertanian,
serta pembusukan kotoran ternak. Dari sektor ini gas rumah kaca yang dihasilkan
yaitu gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N20). Di Indonesia, sektor
pertanian dan peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8.05 % dari
total gas rumah kaca yang diemisikan ke atmosfer.
2.2
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
Sebagai
sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh seluruh umat
manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara
kepulauan, menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan menghadapi
terjadinya pemanasan global. Sebagai akibat terjadinya pemanasan global,
Indonesia akan menghadapi peristiwa :
1. Kenaikan temperatur global, menyebabkan mencairnya es di
kutub utara dan selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air
laut, dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi
tambak ikan dan udang, serta terjadinya pemutihan terumbu karang (coral
bleaching), dan punahnya berbagai jenis ikan. Selain itu, naiknya permukaan air
laut akan mengakibatkan pulau-pulau kecil dan daerah landai di Indonesia akan
hilang. Ancaman lain yang dihadapi masyarakat yaitu memburuknya kualitas
air tanah, sebagai akibat dari masuknya atau merembesnya air laut, serta infrastruktur
perkotaan yang mengalami kerusakan, sebagai akibat tergenang oleh air laut.
2. Kedua, Pergeseran musim sebagai akibat dari adanya perubahan
pola curah hujan. Perubahan iklim mengakibatkan intensitas hujan yang
tinggi pada periode yang singkat serta musim kemarau yang panjang. Di beberapa
tempat terjadi peningkatan curah hujan sehingga meningkatkan peluang terjadinya
banjir dan tanah longsor, sementara di tempat lain terjadi penurunan curah
hujan yang berpotensi menimbulkan kekeringan. Sebagian besar Daerah Aliran
Sungai (DAS) akan terjadi perbedaan tingkat air pasang dan surut yang makin
tajam. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kekerapan terjadinya banjir
atau kekeringan. Kondisi ini akan semakin parah apabila daya tampung
badan sungai atau waduk tidak terpelihara akibat erosi.
Kedua
peristiwa tersebut akan menimbulkan dampak pada beberapa sektor, yaitu :
a. Kehutanan.
Terjadinya pergantian beberapa spesies flora dan fauna.
Kenaikan suhu akan menjadi faktor penyeleksi alam, dimana spesies yang mampu
beradaptasi akan bertahan dan, bahkan kemungkinan akan berkembang biak dengan
pesat. Sedangkan spesies yang tidak mampu beradaptasi, akan mengalami
kepunahan. Adanya kebakaran hutan yang terjadi merupakan akibat dari
peningkatan suhu di sekitar hutan, sehingga menyebabkan rumput-rumput dan
ranting yang mengering mudah terbakar. Selain itu, kebakaran hutan menyebabkan
punahnya berbagai keanekaragaman hayati.
b. Perikanan.
Peningkatan suhu air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan
terumbu karang, dan selanjutnya matinya terumbu karang, sebagai habitat bagi
berbagai jenis ikan. Suhu air laut yang meningkat juga memicu terjadinya
migrasi ikan yang sensitif terhadap perubahan suhu secara besar-besaran menuju
ke daerah yang lebih dingin. Peristiwa matinya terumbu karang dan migrasi
ikan, secara ekonomis, merugikan nelayan karena menurunkan hasil tangkapan
mereka.
c. Pertanian.
Pada umumnya, semua bentuk sistem pertanian sensitif
terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim berakibat pada pergeseran musim dan
perubahan pola curah hujan. Hal tersebut berdampak pada pola pertanian,
misalnya keterlambatan musim tanam atau panen, kegagalan penanaman, atau panen
karena banjir, tanah longsor dan kekeringan. Sehingga akan terjadi penurunan
produksi pangan di Indonesia. Singkatnya, perubahan iklim akan mempengaruhi
ketahanan pangan nasional.
d. Kesehatan.
Dampak pemanasan global pada sektor ini yaitu meningkatkan
frekuensi penyakit tropis, misalnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
(malaria dan demam berdarah), mewabahnya diare, penyakit kencing tikus atau
leptospirasis dan penyakit kulit. Kenaikan suhu udara akan menyebabkan
masa inkubasi nyamuk semakin pendek sehingga nyamuk makin cepat untuk
berkembangbiak. Bencana banjir yang melanda akan menyebabkan terkontaminasinya
persediaan air bersih sehingga menimbulkan wabah penyakit diare dan penyakit
leptospirosis pada masa pasca banjir. Sementara itu, kemarau panjang akan
mengakibatkan krisis air bersih sehingga berdampak timbulnya penyakit diare dan
penyakit kulit. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) juga
menjadi ancaman seiring dengan terjadinya kebakaran hutan.
Selain
dampak diatas, tercatat beberapa kejadian luar biasa yang mengindikasikan
terjadinya pemanasan global, yaitu :
1.
Tahun 2005 merupakan
tahun terpanas. NASA melaporkan bahwa temperatur rata-rata global telah
meningkat 0,060 C.
2.
Pencairan Artik terbesar
terjadi di tahun 2005. Hasil foto salah satu satelit
menunjukkan area yang tertutup es permanen merupakan area tersempit pada akhir
musim panas tahun 2005.
3.
Tahun 2005 merupakan
tahun dengan air di Karibia terpanas, lebih lama dari yang pernah terjadi dan
menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) besar-besaran di
sepanjang wilayah mulai dari Karibia hingga Florida Keys, Amerika Serikat.
4.
Tahun 2005 tercatat
sebagai tahun dengan nama badai terbanyak. Terdapat 26 nama badai yang melampaui
daftar nama resmi. Pada tahun ini juga terdapat sekitar 14 badai, yang disebut
sebagai badai hebat (hurricane), karena memiliki kecepatan angin melebihi 119
km/jam. Rekor tahun sebelumnya hanya 12 badai dalam setahun.
5.
Tahun 2005 juga merupakan tahun dengan
kategori 5 badai terbanyak dengan kecepatan angin 249 km/jam. Tahun 2005
merupakan tahun yang mengalami kerugian termahal akibat badai.
6.
Tahun 2005 merupakan
tahun terkering yang pernah terjadi sejak beberapa dekade lalu di Amazon,
Amerika Selatan. Dan Amerika bagian barat menderita akibat kekeringan yang
panjang.
2.3 CARA MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL
GAS rumah kaca (GRK)
sebenarnya muncul secara alami di lingkungan. GRK adalah gas-gas seperti CO2,
N2O, CH4 yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca
(ERK) adalah kenaikan suhu akibat pantulan panas dari bumi diperangkap oleh
GRK. Dalam keadaan normal dan seimbang, ERK ini amat berguna bagi kehangatan di
bumi sehingga kehidupan nyaman. Tanpa GRK dan ERK yang normal dan seimbang,
temperatur rata-rata bumi akan menjadi 33 derajat Celsius lebih dingin.
Akan tetapi, sekarang
konsentrasi GRK menjadi lebih banyak akibat ulah manusia, seperti pembakaran
bahan bakar minyak, penggundulan hutan, serta menimbun sampah sehingga berdampak
terjadinya pemanasan global.
Konferensi Perubahan
Iklim PBB akan diadakan lagi tanggal 7-18 Desember 2009 ini di Kopenhagen,
Denmark. Semoga saja ada terobosan baru, agar Bumi semakin terbebas dari beban
emisi yang menyebabkan terjadinya Pemanasan Global, sekarang ini.
Banyak hal yang bisa
kita lakukan sebagai warga Bumi untuk turut berperan serta mengatasi peristiwa
Pemanasan Global (Global Warming) dan Perubahan Iklim (Climate Change) yang
sedang dialami Bumi, dimulai dari hal-hal kecil yang dapat dilakukan oleh semua
orang dari rumah tempat kita tinggal, diantaranya seperti hal-hal berikut ini:
a. Menghemat Pemakaian
Listrik
Matikan peralatan
listrik jika sedang tidak digunakan.
Hanya menggunakan peralatan listrik ketika kita membutuhkannya.
Tidak menggunakan peralatan yang menggunakan listrik;
Hanya menggunakan peralatan listrik ketika kita membutuhkannya.
Tidak menggunakan peralatan yang menggunakan listrik;
Gunakan jenis lampu
fluorescent dan lampu hemat energi untuk menghemat listrik. Jenis lampu hemat
energi akan memangkas 80 % boros listrik daripada lampu pijar.
Matikan peralatan
listrik dan gunakan penerangan seminimal mungkin di malam hari ketika akan
pergi tidur.
b. Hemat Pemakaian Air
Jangan mencuci piring
dengan air yang mengalir terus menerus.
Jangan menggosok gigi,
juga dengan kran air yang mengalir, karena air akan banyak terbuang dalam 1
menit terbuang sekitar 10 liter.
Mandi menggunakan
gayung yang terukur dan seperlunya, daripada pakai kran shower dengan air
mengalir atau berendam pada ‘bath-tub’. Demikian pula untuk mencuci mobil,
cukup gunakan ember dan gayung daripada menggunakan selang dengan air mengalir.
c. memanfaatkan Sumber
Energi dari Alam :
Gunakan sinar matahari
untuk mengeringkan pakaian Anda.
Gunakan pencahayaan dari sinar matahari secara optimal, bukannya mengandalkan lampu listrik.
Gunakan pencahayaan dari sinar matahari secara optimal, bukannya mengandalkan lampu listrik.
Buka jendela, agar
angin dapat berhembus masuk untuk menyejukkan dan menyegarkan ruangan di rumah
anda, daripada menggunakan penyejuk udara buatan yang boros listrik seperti AC.
Jika tetap menggunakan
AC, jangan lupa bersihkan AC secara teratur, akan menghemat listrik.
d. berhemat
Hemat penggunaan
kertas dan tissue karena terbuat dari kayu yang harus ditebang dari pohon di
hutan, sedangkan hutan dibutuhkan untuk menetralisir emisi CO2 di udara.
Memelihara, merawat
dan memperbaiki barang-barang yang kita miliki dan sudah digunakan daripada
sering membeli baru.
e. menggunakan produk
,yang bisa didaur ulang
Sebisa mungkin kta
harus berusaha menggunakan produk produk yang bisa didaur ulang
f. meminimalkan
penggunaan pestisida
Menghindar penggunaan
pestisida secara boros atau berlebihan
g. Berhenti menggunakan
aerosol
Berhenti menggunakan
semprotan aerosol untuk mengurangi CFC yang akan mengganggu dan merusak lapisan
lapisanOzon.
h. Menghijaukan Hutan
Secara sadar kita
harus menjaga, melestariakn hutan serta menghijaukan kembali hutan hutan yang
sudah gundul.
i. Memisahkan sampah Organik
dan anorganiK
BAB 3
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari uraian diatas kami dapat menyimpulkan beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pemansan
global diakibatkan oleh ulah manusia sendiri,
2. Beberapa cara
dapat dilakukan untuk mengurangi dan menghindari pemanasan global,
3. Pemanasan
global berdampak langsung pada berbagai sector dalam kehidupan manusia.
3.2 SARAN
1. Marialh kita
sayangi dan kita jaga bumi kita ini dengan menerapkan opola pola hidup sehat
dan teratur,
2. Marilah kita
menghindari pemakaian pemakaian produk produk yang dapat memicu pemanasan
global,
3. Marilah kta
hijaukan hutan, untuk masa depan bumi kita dan untuk kelangsungan anak cucu
kita nanti.
DAFTAR
PUSTAKA
Kuniawan, zakky . 2009 . Cara menanggulangi
pemanasan global . http://zakkykurniawan.blogdetik.com/2011/03/22/cara-menanggulangi-pemanasan-global/ (
diakses tgl 12 Juni 2011)
Anonim . 2010 . Dampak pemanasan Global Dalam
Kehidupan . www.alpensteel.com/...pemanasan-global/1572-cara-mengurangi-pemanasan-global.html (diakses tgl 12 juni 2011)
Anonim . 2008 . penyebab Pemanasan global /
global warming . sains.kompas.com/.../dampak.pemanasan.global.jauh.lebih.buruk.html
(diakses tgl 12 juni 2011)
Anonim . 2009. Cara Mudah menaggulangi
Pemanasan global . www.pemanasanglobal.net/.../cara-menanggulangi-pemanasan-global.html (diakses
tgl 12 juni 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar