A. Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan
metode yang tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci, namun berupa
nilai perkiraan (Soejono, 1990). Metode ini dikembangkan oleh Henneberg dan
Stockman dari Weende Experiment Station di Jerman pada tahun 1865 (Tillman et
al., 1991).
Analisis makronutrien
analisis proksimat meliputi kadar abu total, air total, lemak total, protein
total dan karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan mikronutrien difokuskan
pada provitamin A (β-karoten)
(Sudarmadji et al., 1996). Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia
dalam buah-buahan dan produk hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai
metode diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom absorpsi,
kromatografi cair kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak
(Winarno, 1997).
1.
Air
Banyaknya kadar air dalam
suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan pada
suhu 105⁰C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan
persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap
(Anggorodi, 1994). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang
dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry
basis).
Metode pengeringan melalui
oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa
makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah
terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).
2.
Abu
Jumlah abu dalam bahan pakan
hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(Soejono, 1990). Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar
bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari
sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan
terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili bagian inorganik
makanan. Namun, abu juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor
dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida,
kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama pembakaran.
Kandungan abu dengan demikian
tidaklah sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994).
3.
Serat Kasar
Fraksi serat kasar mengandung
selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada species dan fase pertumbuhan
bahan tanaman (Anggorodi, 1994). Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar
yang dapat merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang
tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen
(Farida, 1998).
Cairan retikulorumen
mengandung mikroorganisme, sehingga ternak ruminasia mampu mencerna hijauan
termasuk rumput-rumputan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi (Tillman
et al., 1991). Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah
menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan
asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam
larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono,
1990).
4.
Lemak Kasar
Kandungan lemak suatu bahan
pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu
bahan dalam tabung soxhlet (Soejono, 1990). Lemak yang didapatkan dari analisis
lemak ini bukan lemak murni. Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter
juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena
itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994).
Penetapan kandungan lemak
dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut. Fungsi dari n heksan adalah
untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna
dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).
5.
Protein Kasar
Protein merupakan salah satu
zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein
dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali
dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein
mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu
sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan.
Pertama, dianggap bahwa semua
nitrogen bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen
berasal dari protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi
kenyataannya kadar nitrogen protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990).
Menurut Siregar (1994)
senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh
mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya.
Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh
ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga
rendah.
Jika nilai hayati protein
dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di
dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah.
6.
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)
Kandungan BETN suatu bahan
pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar,
serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan
serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) (Soejono, 1990). BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi
monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam
dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 1994).
B. Metode
Analisis Proksimat
Pada tahap persiapan contoh,
contoh dihaluskan menjadi serbuk halus agar homogen. Analisis contoh mencakup
analisis proksimat dananalisis asam lemak. Analisis proksimat meliputi kadar
air, kadar abu, lemak, protein, dan serat kasar. Kadar air pada contoh
ditetapkan dengan menggunakan oven pada suhu 105oC sampai tercapai
bobot tetap.
Kadar abu dianalisis dengan
cara pengabuan kering dalam tanur, pada pemanasan suhu 500-600oC
selama 6 jam. Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan metode soklet dan
larutan heksan sebagai pelarut. Protein ditetapkan dengan metode mikro Kjeldhal
dan larutan asam klorida sebagai penitar, sedangkan penetapan serat kasar
dengan cara hidrolisis contoh dengan larutan asam dan basa encer.
1.
Penentuan
Kadar Air
Cawan porselin dibersihkan
dan dipanaskan dalam oven, lalu ditimbang sebagai bobot kosong. Contoh yang
telah dihomogenkan ditimbang sebanyak 3 g dalam cawan dinyatakan sebagai bobot
awal, kemudian cawan tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105oC
selama 3-5 jam. Setelah proses pengeringan, cawan dikeluarkan dari oven dan
dimasukkan ke dalam desikator, dan setelah dingin ditimbang dan dikeringkan
kembali dalam oven sampai diperoleh bobot tetap sebagai bobot akhir.
Keterangan :
a = bobot cawan
kosong
b= bobot cawan dan
contoh sebelum pengabuan
c= bobot cawan dan
contoh setelah dioven
2.
Penentuan
Kadar Abu
Cawan yang telah dibersihkan
dipanaskan dalam tanur pada suhu 100oC selama 2 jam lalu ditimbang
sebagai bobot kosong. Contoh yang telah diuapkan ditimbang teliti + 1g dalam
cawan dan dinyatakan sebagai bobot awal, kemudian cawan tersebut dimasukkan ke
dalam tanur suhu 600oC selama 5 jam. Setelah pemanasan cawan
dimasukkan ke dalam desikator, dan setelah dingin ditimbang dan dipanaskan
beberapa kali sampai diperoleh bobot tetap sebagai bobot akhir.
Keterangan:
a= bobot cawan kosong
b= bobot cawan dan
contoh
c= bobot cawan dan
contoh setelah pengabuan
3.
Penentuan
Kadar Protein
Sampel ditimbang secara
teliti sebanyak 200 mg, lalu dimasukkan ke dalam labu Kjeldhal. Selanjutnya
ditambahkan selen dan 10 ml asam sulfat pekat dan didestruksi pada pemanas
selama 2-3 jam atau sampai larutan menjadi jernih. Setelah proses destruksi
lalu dipindahkan ke dalam labu destilasi kemudian diperiksa kandungan
nitrogennya dengan menggunakan alat kjeltek.
Keterangan:
a= bobot contoh
b= volume HCl yang digunakan
6,25 = faktor
konversi dari nitrogen ke protein
14 = Ar nitrogen
4.
Penentuan
Kadar Lemak
Sampel ditimbang 3 g lalu
dimasukkan ke thimble. Labu lemak yang telah bersih dimasukkan ke dalam oven,
lalu ditambahkan batu didih dan ditimbang sebagai bobot kosong.
Thimble dimasukkan ke dalam
soklet, kemudian labu lemak dihubungkan dengan soklet dan ditambahkan pelarut
heksan 150 ml melewati soklet. Labu lemak dan soklet dihubungkan dengan
penangas dan diekstrak selama 6 jam. Setelah ekstraksi selesai, labu lemak
dievaporasi untuk menghilangkan pelarut. Selanjutnya labu lemak dimasukkan ke
dalam oven 1 suhu 105oC selama 1 jam. Setelah dingin ditimbang
sebagai bobot akhir (bobot labu dan lemak).
Keterangan:
a= bobot contoh
b= bobot labu lemak
dan labu didih
c= bobot labu lemak,
batu didih dan lemak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar